Napoleon Bonaparte (1768-1821) adalah sosok pemimpin besar Prancis. Komitmen dan kegigihannya sudah tampak dari kecil sebagai sosok yang suatu saat akan mampu menaklukkan beberapa negara. Napoleon bukan hanya pemimpin berkepribadian gigih dan pantang menyerah, tetapi juga mampu membangkitkan semangat dan harapan anak buahnya. Bagi Napoleon,seorang pemimpin berkewajiban meningkatkan semangat dan membesarkan harapan orang-orang yang dipimpinnya.
Tidak hanya itu, Napoleon juga menegaskan bahwa seorang pemimin membutuhkan ketegasan yang diiringi dengan kelembutan. Sebaliknya, sikap kasar, kejam, maupun amarah tidak diperlukan. Harus diakui bahwa pemimpin yang baik harus bersikap tegas. Hanya saja, ketegasan itu harus diiringi kejelian, kejelasan, dan ketepatan dalam mengambil keputusan. Apabila ketegasan seorang pemimpin tidak diiringi dengan ketelitian maka dapat berakhir dengan kebijakan yang kurang baik.
Menurut pria kelahiran Korsika, 15 Agustus 1768 tersebut, seorang pemimpin harus menjadi teladan dan mampu menentukan sikap. Seorang pimimpin harus senantiasa memperbaiki diri, memperluas ilmu pengetahuan, dan wawasan, serta selalu aktif untuk mencari dan memperbarui pengalaman agar mampu membawa negara menjadi lebih berkembang dan maju.
Semasa hidup, Napoleon melakukan banyak perubahan besar bagi negaranya. Ia merombak sistem administrasi pemerintahan serta hukum Prancis, diantaranya dengan mengubah struktur keuangan dan kehakiman, mendirikan bank dan universitas Prancis, serta menerapkan administrasi sentralistik. Berbagai perubahan tersebut bermakna penting dan dalam beberapa hal mempunyai daya pengaruh lama untuk Prancis. Selain itu, ternyata terdapat salah satu perombakan Napoleon yang berpengaruh besar hingga melampaui batas negaranya sendiri, yaitu penyusunan sesuatu yang masyur disebut Code Napoleon. Dalam banyak hal, kode hukum ini mencerminkan ide-ide Revolusi Prancis. Sebagai contoh, di dalam kode tersebut tidak dikenal hak-hak istimewa berdasar kelahitan dan asal-usul, karena semua orang sama derajatnya di hadapan hukum. Tidak hanya itu, Code Napoleon cukup mendekati hukum-hukum lama dan adat kebiasaan Prancis sehingga dapat diterima olah rakyat dan sistem peradilan Prancis.
Tak ada gading yang tak retak. Pepatah itu pantas disematkan pada setiap orang yang tidak pernah lepas dari kekurangan dan kesalahan, sehebat apapun dirinya. Hal ini juga berlaku pada Napoleon. Walaupun dikenal sebagai sosok pemimpin yang cukup berhasil, tetapi ia juga pernah melakukan kesalahan fatal. Ada satu masa di mana Napoleon dianggap berbuat kebodohan sehingga menggiring Prancis pada medan peperangan.
Menurut Michael H. Hart, pada tahun 1808, Napoleon menyeret Prancis ke dalam peperangan panjang di Semenanjung Iberia. Dalam peperangan tersebut, Prancis tertahan tak bergerak selama bertahun-tahun. Akan tetapi, kekeliruan terbesar Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Pada tahun 1907 Napoleon bertemu dengan Czar. Melalui perjanjian Tilsit, mereka bersepakat untuk menggalang persahabatan abadi. Akan tetapi, kesepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak. Puncaknya, pada bulan Juni 1812, Napoleon memimpin tentara dalam jumlah besar untuk menginvasai Rusia.
Terlepas dari beberapa kesalahan yang pernah dilakukan, Napoleon Tetap menjadi sosok legenda bagi banyak orang, baik di dalam ingatan orang Prancis maupun masyarakat dunia pada umumnya. Salah satu sifatnya yang melegenda adalah kerendahan hati. Napoleon pernah dipaksa turun tahta setelah kalah dalam Perang Leipzig. Akibat kekalahan itu, Napoleon dibuang ke Pulau Elba. Di dalam pengasingan, Napoleon hidup layaknya masyarakat biasa. Tidak ada fasilitas atau perlakuan istimewa yang ia dapatkan di sana.
Dalam sebuah kisah, digambarkan sosok Napoleon sebagai pemimpin yang rendah hati. Suatu hari ia berjalan kaki menyusuri pantai ditemani sang istri. Tanpa terasa, langkah kaki mereka semakin mendekati pelabuhan terdekat. Di tempat tersebut, secara kebetulan sedang berlangsung bongkar muat isi kapal sehingga suasana mejandi hiruk-pikuk.
Tiba-tiba, Napoleon dan istri dikejutkan suara keras para awak kapal yang sedang mengusung turun barang-barang dari dalam kapal. "Minggir! Minggir!" teriak para awak kapal berulang kali memerintahkan mereka segera menepi. Sontak saja sikap awak kapal tersebut memancing amarah istri Napoleon.
"Kalian semua kurang ajar! Didepan kalian ini adalah maharaj Prancis. Seharusnya kalian semua yang harus memberi jalan!" teriak wanita itu tak kalah keras dan penuh amarah. Di luar dugaan, Napoleon segera memberi isyarat kepada istrinya agar menahan diri.
"Mereka sangat lelah bekerja. Jangan marah kepada mereka," bisik Napoleon. Bahkan, yang terjadi kemudian adalah Napoleon memerinrahkan para tentaranya membantu para awak kapal menurunkan barang-barang dari kapal.
Kisah tersebut memberikan gambaran bahwa seorang pemimpin harus mempunyai rasa empati yang tinggi terhadap rakyatnya. Sikap empati Napoleon terhadap awak kapal tersebut adalah contoh seorang pemimpin yang mempunyai kecerdasan emosional dan sosial. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk menempatkan diri dengan baik di tengah-tengah masyarakat.
Napoleon juga merupakan sosok pemimpin yang mampu mempengaruhi orang lain. Salah satu caranya mempengaruhi orang lain ialah bermodal keteladanan. Bagi Napoleon, seorang pamimpin harus menjadi teladan sehingga sikap, perkataan, serta segala tindak-tanduknya harus tetap dijaga dan dikontrol. Napoleon selalu menjaga semua itu melalui sikap yang bijaksana, rendah hati, teguh pendirian, serta patuh terhadap hukum.
Itulah beberapa bentuk gagasan kepemimpinan ala Napoleon Bonaparte.
Menurut pria kelahiran Korsika, 15 Agustus 1768 tersebut, seorang pemimpin harus menjadi teladan dan mampu menentukan sikap. Seorang pimimpin harus senantiasa memperbaiki diri, memperluas ilmu pengetahuan, dan wawasan, serta selalu aktif untuk mencari dan memperbarui pengalaman agar mampu membawa negara menjadi lebih berkembang dan maju.
Semasa hidup, Napoleon melakukan banyak perubahan besar bagi negaranya. Ia merombak sistem administrasi pemerintahan serta hukum Prancis, diantaranya dengan mengubah struktur keuangan dan kehakiman, mendirikan bank dan universitas Prancis, serta menerapkan administrasi sentralistik. Berbagai perubahan tersebut bermakna penting dan dalam beberapa hal mempunyai daya pengaruh lama untuk Prancis. Selain itu, ternyata terdapat salah satu perombakan Napoleon yang berpengaruh besar hingga melampaui batas negaranya sendiri, yaitu penyusunan sesuatu yang masyur disebut Code Napoleon. Dalam banyak hal, kode hukum ini mencerminkan ide-ide Revolusi Prancis. Sebagai contoh, di dalam kode tersebut tidak dikenal hak-hak istimewa berdasar kelahitan dan asal-usul, karena semua orang sama derajatnya di hadapan hukum. Tidak hanya itu, Code Napoleon cukup mendekati hukum-hukum lama dan adat kebiasaan Prancis sehingga dapat diterima olah rakyat dan sistem peradilan Prancis.
Tak ada gading yang tak retak. Pepatah itu pantas disematkan pada setiap orang yang tidak pernah lepas dari kekurangan dan kesalahan, sehebat apapun dirinya. Hal ini juga berlaku pada Napoleon. Walaupun dikenal sebagai sosok pemimpin yang cukup berhasil, tetapi ia juga pernah melakukan kesalahan fatal. Ada satu masa di mana Napoleon dianggap berbuat kebodohan sehingga menggiring Prancis pada medan peperangan.
Menurut Michael H. Hart, pada tahun 1808, Napoleon menyeret Prancis ke dalam peperangan panjang di Semenanjung Iberia. Dalam peperangan tersebut, Prancis tertahan tak bergerak selama bertahun-tahun. Akan tetapi, kekeliruan terbesar Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Pada tahun 1907 Napoleon bertemu dengan Czar. Melalui perjanjian Tilsit, mereka bersepakat untuk menggalang persahabatan abadi. Akan tetapi, kesepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak. Puncaknya, pada bulan Juni 1812, Napoleon memimpin tentara dalam jumlah besar untuk menginvasai Rusia.
Terlepas dari beberapa kesalahan yang pernah dilakukan, Napoleon Tetap menjadi sosok legenda bagi banyak orang, baik di dalam ingatan orang Prancis maupun masyarakat dunia pada umumnya. Salah satu sifatnya yang melegenda adalah kerendahan hati. Napoleon pernah dipaksa turun tahta setelah kalah dalam Perang Leipzig. Akibat kekalahan itu, Napoleon dibuang ke Pulau Elba. Di dalam pengasingan, Napoleon hidup layaknya masyarakat biasa. Tidak ada fasilitas atau perlakuan istimewa yang ia dapatkan di sana.
Dalam sebuah kisah, digambarkan sosok Napoleon sebagai pemimpin yang rendah hati. Suatu hari ia berjalan kaki menyusuri pantai ditemani sang istri. Tanpa terasa, langkah kaki mereka semakin mendekati pelabuhan terdekat. Di tempat tersebut, secara kebetulan sedang berlangsung bongkar muat isi kapal sehingga suasana mejandi hiruk-pikuk.
Tiba-tiba, Napoleon dan istri dikejutkan suara keras para awak kapal yang sedang mengusung turun barang-barang dari dalam kapal. "Minggir! Minggir!" teriak para awak kapal berulang kali memerintahkan mereka segera menepi. Sontak saja sikap awak kapal tersebut memancing amarah istri Napoleon.
"Kalian semua kurang ajar! Didepan kalian ini adalah maharaj Prancis. Seharusnya kalian semua yang harus memberi jalan!" teriak wanita itu tak kalah keras dan penuh amarah. Di luar dugaan, Napoleon segera memberi isyarat kepada istrinya agar menahan diri.
"Mereka sangat lelah bekerja. Jangan marah kepada mereka," bisik Napoleon. Bahkan, yang terjadi kemudian adalah Napoleon memerinrahkan para tentaranya membantu para awak kapal menurunkan barang-barang dari kapal.
Kisah tersebut memberikan gambaran bahwa seorang pemimpin harus mempunyai rasa empati yang tinggi terhadap rakyatnya. Sikap empati Napoleon terhadap awak kapal tersebut adalah contoh seorang pemimpin yang mempunyai kecerdasan emosional dan sosial. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk menempatkan diri dengan baik di tengah-tengah masyarakat.
Napoleon juga merupakan sosok pemimpin yang mampu mempengaruhi orang lain. Salah satu caranya mempengaruhi orang lain ialah bermodal keteladanan. Bagi Napoleon, seorang pamimpin harus menjadi teladan sehingga sikap, perkataan, serta segala tindak-tanduknya harus tetap dijaga dan dikontrol. Napoleon selalu menjaga semua itu melalui sikap yang bijaksana, rendah hati, teguh pendirian, serta patuh terhadap hukum.
Itulah beberapa bentuk gagasan kepemimpinan ala Napoleon Bonaparte.